Jumat, 19 Agustus 2016

KAPAN KITA MENENTUKAN MEMBELI ASURANSI & INVESTASI


“Saya masih muda,
belum butuh asuransi,
nanti saja belinya.

Sekarang yang penting investasi dulu.”

Apakah Anda sepakat?

Banyak orang beranggapan anak muda tidak perlu membeli asuransi karena jarang sakit.

Umurnya masih panjang.
Rugi beli asuransi.

Nanti saat sudah tua atau ada penyakit, sudah butuh, baru beli.

Benarkah demikian?
Mari kita berhitung untung rugi dengan beberapa skenario di bawah ini:

Skenario 1: 
BELI dan TIDAK PERNAH KLAIM

Anak muda beli polis saat masih muda dan tidak pernah klaim sampai tua.

Apa keuntungannya?

Premi asuransi lebih murah,
menikmati keajaiban hukum bunga berbunga
(the magic of compounded interest) atas perkembangan akumulasi preminya (nilai tunai/investasi),
diterima oleh perusahaan asuransi dengan manfaat optimal full cover karena masih sehat.

Dengan premi yang mungkin hanya seharga semangkuk bakmi atau sebungkus gorengan per hari,
seorang anak muda bisa pensiun sebagai miliarder di usia matangnya nanti.

Adakah kerugiannya?
Ada:
tidak menikmati semangkuk bakmi atau sebungkus gorengan setiap hari.

Ada kesenangan atau kenikmatan yang tertunda demi masa depan yang lebih mapan.

Skenario ke 2:
BELI dan KLAIM

Anak muda ini beli polis dan kemudian harus klaim karena sakit atau meninggal dini.

Keuntungan: Beratus kali lipat.
Tidak ada investasi lain yang dapat mengalahkan return yang dahsyat seperti ini.

Walaupun, terkadang bukan kita yang menikmati uangnya,
namun kita menyelesaikan dengan baik tanggung jawab kita atas orang-orang yang kita kasihi.

Skenario ke 3:
TIDAK BELI dan SAKIT

Anak muda tadi menunda membeli polis.
ternyata kemudian sakit dalam kondisi tidak memiliki asuransi.

Kerugian: Tidak akan ada perusahan asuransi yang mau menerimanya lagi,
alias ditolak (declined)
karena sudah terlanjur tidak sehat.

Akibatnya harus mengeluarkan biaya pengobatan yang besar dari tabungan dan asetnya sendiri, jika ada.

Banyak orang yang terpaksa harus merelakan aset dijual dengan harga murah karena butuh dana pengobatan alias jual BU (Butuh Uang).

Skenario 4:
TIDAK BELI dan SEHAT SELAMANYA

Ah maaf, ini adalah opsi khusus untuk para dewa dan sejenisnya.

Mana ada manusia yang sehat terus selamanya?

Cepat atau lambat,
semua orang akan meninggal pada waktuNya.

Katakanlah,
anak muda ini menunda hingga usia pensiun baru berpikir untuk membeli asuransi.

Apa kerugiannya?

Premi jauh lebih mahal,
besar kemungkinan tidak dapat diterima dengan full cover oleh perusahaan asuransi,
atau dikenakan extra premi karena kesehatan sudah tidak prima.

Berat untuk mengejar dana masa tua sesuai keinginannya, karena waktu menabung tinggal sedikit lagi.

Ada keuntungan?

Ada.

Bisa makan bakmi dan jajan gorengan setiap hari.

Asuransi adalah produk yang unik. Hanya bisa dibeli ketika anda masih belum membutuhkannya.

Saat Anda butuh, maaf loket sudah ditutup.

Jadi, kapan dong waktu paling menguntungkan untuk membeli asuransi?

Jawaban yang paling akurat adalah: Satu hari sebelum meninggal.

Maximum return guaranteed.
Tentu saja ini hanya guyon.

Karena tidak ada yang tahu kapan dirinya akan meninggalkan dunia ini.

Kembali ke pertanyaan awal:
Kapan membeli Apa?
Cara yang pandai adalah membeli asuransi semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang dapat disisihkan, mumpung masih muda, sehat dan mampu.

Berapa persen dari income sebaiknya disisihkan secara rutin?

Rule of thumb adalah 10-15% dari pendapatan.

Namun tentu saja tergantung dengan kondisi dan kemampuan setiap individu.

Kapan sebaiknya berinvestasi?

Kapan saja,
setiap saat kita mendapatkan kelonggaran bujet,
investasi dapat dilakukan tanpa adanya persyaratan kesehatan.

Dengan bertambahnya usia dan meningkatnya karir,
tentunya semakin mapan dan mudah untuk berinvestasi.

Selamat berasuransi dan berinvestasi dengan smart dan bijaksana.